sihabuddin.com - Terima Kasih Guruku. setelah kemarin update artikel Terima Kasih Matahariku, kini berlanjut terima kasih guruku.
Aku tak tau bagaimana cara yang tepat dan pas berterima kasih dengan guruku. Ahh entahlah guruku sangat banyak, tapi disini aku lebih memaksudkan kepada guru ngajiku.
dari kecil ketika aku berumur 12 tahun, sehabis lulus sd aku mondok ikut ngaji, waktu itu bulan september 2007. Tak terasa sekarang sudah maret 2017. Sebentar lagi 10 tahun dan aku serasa tak mempunyai apa apa ahh entahlah. Ngaji terlewatkan begitu saja, hafalan juga ala kadarnya yang terpenting tidak di marahi sama pak kyai gitu aja.
dari itik itik sampai otok otok aku di didik sama pak kyai tanpa membayar sepersenpun, aku mbayar ke pondok dari 15 ribu (iuran syahriah jaman dulu) dan sekarang 30 ribu perbulan, dan itu pun untuk keperluan kepentinganku sendiri, seperti listrik, kapur tulis, dan lain lain. kalau di jabarkan perbulan membayar 30 ribu, artinya 30 ribu 30 hari, jika di hitung perhari berarti aku cuma membayar 1000 rupiah, dan itupun sudah mendapatkan fasilitas kamar, bisa buat tidur, menyimpan baju di almari, panas tidak kepanasan, hujan tidak kehujanan, ada kolam renang bisa untuk mandi dan nyuci, ada wc, buat b.a.k ataupun b.a.b dan fasilitas lainya. Cukup dengan seribu, yah seribu rupiah padahal sekarang ke toilet/wc umum di tempat wisata aja aku harus membayar 2000, kalau b.a.b membayar 3000 ahh, uang seribu tidaklah cukup,. Masya Alloh barokah.
Fasilitas lain adalah pembelajaran dari guru pak kyai, putra kyai gus gus, dan bapak bapak pengurus pondok.
Dari saat aku masih kelas 1 (jurumiyyah) pak kyai mengajarku, mendidikku, sampai sekarang aku kelas 7 (ihya') pak kyai masih mengajarku, hebatnya pak kyai adalah setiap kelas selalu mengambil pelajaran, jadi di setiap kelas 1-7 pak kyai ikut mengajar, mengambil salah satu pelajaran.
iyah begitu sabarnya pak kyai mengajarku dari kelas satu sampai kelas tujuh, ikhlas tanpa bayar, aku tak pernah membayar pak kyai sepersenpun, toh kalau aku memberi uang pak kyai cuma akhir tahun setiap khatam pelajaran, dan itupun seadanya ala kadarnya,
Tapi aku merasa kosong tak menjadi apa apa, aku tak bisa apa apa, aku sangat malu jika pak kyai tahu apa yang ada di otak dan hatiku, aku malu sangat sangat malu, ahh entahlah.
Dan aku baru sadar setelah kemarin mengerti arti kecewa, dan aku baru sadar pastilah pak kyai kecewa jika melihatku sebagai santrinya yang beliau didik dari 9 tahun lalu, kini cuma menjadi seperti aku ini,ya seperti ini, ah entahlah.
Kini aku tak tahu cara membalas kebaikan kebaikan guruku, aku cuma bisa sebatas mengiyakan apa dawuh beliau, karena aku tak tahu lagi cara membayar, dan akupun tak sanggup membayar satu huruf seribu dirham
yang paling ku yakini, walau bagaimanapun juga aku mengecewakan pak kyai, aku masih menyakini pak kyaiku masih mau membimbingku, tak akan meninggalkanku, pak kyaiku akan tetap mencintaiku, mengasihiku, memperhatikanku, mengarahkanku.
Aku malu jika tulisanku ini juga cuma sebatas khayalan dan nglanturku
Puisi guru dari gus mus
Ketika aku kecil dan menjadi muridnyaDialah di mataku orang terbesar dan terpintar
Ketika aku besar dan menjadi pintar
Kulihat dia begitu kecil dan lugu
Aku menghargainya dulu
Karena tak tahu harga guru
Ataukah kini aku tak tahu
Menghargai guru